Akibat perluasan kolonialisme dan imperialisme
di Indonesia.
Masuknya kekuasaan
bangsa Asing di Indonesia telah menyebabkan perubahan tatanan politik, sosial,
ekonomi dan budaya bagi bangsa Indonesia sebagai berikut:
a.
|
Politik
|
|
Baik
Daendels maupun Raffles telah meletakkan dasar pemerintahan modern. Para
Bupati dijadikan pegawai negeri dan diberi gaji, padahal menurut adat,
kedudukan bupati adalah turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat. Bupati
telah menjadi alat kekuasaan pemerintah kolonial.
|
|
|
|
Belanda
dan Inggris juga melakukan intervensi terhadap persoalan kerajaan, misalnya
soal pergantian tahta kerajaan sehingga imperialis mendominasi politik di
Indonesia. Akibatnya peranan elite kerajaan berkurang dalam bidang politik,
bahkan kekuasaan pribumi mulai runtuh.
|
|
|
b.
|
Sosial
Ekonomi
|
|
Eksploitasi
ekonomi yang dilakukan bangsa Barat membawa berbagai dampak bagi bangsa
Indonesia. Munculnya monopoli dagang VOC
menyebabkan mundurnya perdagangan
Nusantara di panggung perdagangan internasional. Peranan syahbandar
digantikan oleh para pejabat Belanda
|
|
|
|
Kebijakan
tanam paksa sampai sistem ekonomi liberal menjadikan Indonesia sebagai
penghasil bahan mentah. Eksportirnya dilakukan oleh bangsa Belanda, pedagang
perantara dipegang oleh orang timur asing terutama bangsa Cina dan bangsa
Indoensia hanya menjadi pengecer, sehingga tidak memiliki jiwa wiraswasta
jenis tanaman baru serta cara memeliharanya.
|
|
|
|
Dengan
dilaksanakannya politik pintu
terbuka, maka:
|
-
|
pengusaha
pribumi yang modalnya kecil kalah bersaing sehingga gulung tikar.
|
-
|
Perkebunan
di Jawa berkembang sedangkan di Sumatra kesulitan tenaga kerja sehingga
dilakukan program transmigrasi.
|
-
|
untuk
mendukung program penanaman modal Barat di Indonesia pemerintah Belanda
membangun : Irigasi, waduk, jalan raya, jalan kereta api dan pelabuhan.
Untuk pembangunan tersebut digunakan tenaga secara paksa dengan sistem rodi (kerja paksa)
|
-
|
dengan
memperkenalkan sistem sewa tanah, terjadi pergeseran dari sistem ekonomi
barang ke sistem ekonomi uang yang juga menyebar di kalangan petani.
|
-
|
Daerah
Indonesia terisolasi di laut sehingga kehidupan berkembang ke pedalaman.
|
|
|
|
|
Kemunduran
perdagangan di laut secara tak langsung menimbulkan budaya feodalisme di
pedalaman. Dengan feodalisme rakyat pribumi dipaksa untuk tunduk/patuh pada
tuan tanah Barat/Timur Asing. Sehingga kehidupan penduduk Indonesia megalami
kemerosotan.
|
|
|
c.
|
Budaya
|
|
-
|
Tindakan
pemerintah Belanda untuk menghapus kedudukan menurut adat penguasa pribumi
dan menjadikan mereka pegawai pemerintah, merutuhkan kewibawaan tradisional
penguasa pribumi.
|
-
|
Upacara
dan tatacara yang berlaku di istana kerajaan juga disederhanakan dengan
demikian ikatan tradisi dalam kehidupan pribumi menjadi lemah.
|
-
|
Dengan
merosotnya peranan politik maka para elit politik baik raja maupun
bangsawan mengalihkan perhatiannya ke bidang senibudaya. Contoh Paku Buwono
V memerintahkan penulisan serat Centhini, R.Ng Ronggo Warsito manyusun
Kitab Pustakaraya Purwa, Mangkunegara IV menyusun kitab Wedatama dan
lain-lain.
|
|
Sampai di sini uraian
materi yang dapat Anda pelajari tentang masuknya kekuasaankekuasaan asing dan
berkembangnya kolonialisme dan imperalisme Barat di Indonesia. Untuk mengukur
tingkat pemahaman Anda pada seluruh materi kegiatan belajar 2 ini maka
lanjutkan kegaitan Anda dengan mengerjakan latihan soal pada akhir kegiatan di
bawah ini.
=>
Masuknya
Bangsa Barat dan Perlawanan Rakyat
Masuknya Kekuatan Asing
dan Berkembangnya kolonialisme dan Imperialisme barat di Indonesia
a. Pengertian
kolonialisme dan imperialisme
*. Kolonialisme
Kolonialisme berasal dari kata “colonus” yang artinya petani. Istilah ini
diberikan pada para petani Yunani yang pindah dari negerinya yang tandus dan
pindah ke daerah lain yang lebih subur. Para colonus tetap menjalin hubungan
dengan negara asalnya, tapi oleh negara asal(induk) daerah tadi dianggap
sebagai bagian dari negara induk dan harus tunduk pada negara asal (mother land).
Dari sinilah muncul awal penjajahan (imperialisme).
Jadi kolonialisme adalah
suatu sistem pemukiman warga suatu negara di luar wilayah induknya atau negara
asalnya. Biasanya daerah koloni terletak di seberang lautan dan kemudian
dijadikan bagian wilayah mereka.
*. Imperialisme
Berasal dari kata latin “imperare” yang artinya menguasai.Orang yang menguasai
disebut imperator yang berarti raja atau penguasa. Imperium adalah daerah yang
dikuasai imperator. Imperator menguasai bangsa yang mendiami wilayah imperium
dengan alasan agar mereka merasa lebih aman atau lebih sejahtera. Jadi
imperialisme adalah suatu sistem penjajahan langsung dari suatu negara terhadap
negara lain. Penjajahan dilakukan dengan jalan membentuk pemerintahan jajahan
atau dengan menanamkan pengaruh dalam semua bidang kehidupan daerah yang
dijajah.
Walaupun kolonialisme dan imperialisme berasal dari kata dan pengertian yang
berbeda namun dalam prakteknya berarti satu yaitu penjajahan oleh bangsa satu
terhadap bangsa lain. Kolonialisme lebih diartikan pada proses pembentukan atau
penguasaan wilayah, sedangkan imperialisme lebih diartikan pada praktek
penjajahannya.
Macam-macam imperialisme
Pada umumnya imperialisme dapat dibedakan menjadi 2 macam dengan perbedaan
sebagai berikut :
pembeda Imperialisme kuno Imperialisme modern
Waktu Terjadi sebelum revolusi industri (abad 18) Terjadi setelah revolusi
industri
Tujuan Glory (mencari kejayaan)
Gold (mencari kekayaan)
Gospel (menyebarkan
agama kristen) Mencari daerah baru untuk :
-tempat mencari bahan
mentah/baku industri
-pemasaran hasil indutri
-tempat penanaman modal
b. Masuknya kekuatan barat dan berkembangnya kolonialisme dan imperialisme
barat di Indonesia
Latar belakang pelayaran orang-orang eropa ke dunia timur dimulai dengan
peristiwa dikuasainya kota Konstantinopel(ibukota Romawi Timur) oleh bangsa
Turki dalam perang salib (1453) membawa perubahan besar bagi bangsa eropa.
Kesultanan Turki melarang orang kristen membeli rempah-rempah dari
Konstantinopel yang waktu itu menjadi satu-satunya pusat perdagangan
rempah-rempah di eropa. Hal inilah yang akhirnya memaksa orang orang eropa
untuk berlayar ke dunia timur dengan tujuan mencari sendiri pusat rempah-rempah
dunia.
Selain latar belakang di atas ada juga beberapa faktor yang mempercepat
keinginan dari bangsa eropa untuk mengadakan pelayaran samodera, yaitu :
- keinginan untuk membuktikan teori Copernicus (heliosentris)
- keinginan untuk membuktikan teori Galileo Galilei yang menyatakan bahwa bumi
itu bulat
- keinginan untuk membuktikan kisah perjalanan Marcopolo dalam bukunya “Imago
Mundi” yang menceritakan keajaiban dan kemakmuran di dunia timur (Cina)
- ditemukannya kompas sebagai alat penunjuk arah dalam perjalanan
- adanya semangat penaklukan (reconquista) terhadap orang-orang islam di
seluruh dunia
Negara-negara pelopor perjalanan ke dunia timur
Masa ketika negara-negara eropa melakukan perjalanan ke dunia timur dikenal
dengan sebutan abad penjelajahan samodera. Negara-negara yang mempeloporinya
adalah Portugis dan Spanyol. Berikut tokoh-tokohnya :
Portugis : – Bartholomeus Diaz (sampai ujung selatan Afrika 1486)
- Vasco da Gama ( sampai India 1498)
- Alfonso d’ Albuquerque ( sampai Malaka 1511, Maluku 1512)
Spanyol : – Colombus ( penemu jalan ke Amerika, mendarat di kepulauan Bahama
dan
Haiti 1492)
- Hernando Cortez ( ekspedisi Meksiko 1485 – 1547)
- Magelhaenz (pengeliling dunia pertama 1519 – 1522)
Negara-negara eropa yang lain seperti Inggris, Perancis, Belanda dll akhirnya
mengikuti jejak Portugis dan Spanyol mengadakan penjelajahan samodera.
Akibat penjelajahan samodera adalah:
- ditemukannya benua baru oleh bangsa eropa, seperti Amerika, Australia.
- Munculnya penjajahan yang dirasakan oleh bangsa pribumi
- Pengenalan budaya barat kepada penduduk asli
c. Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia
Secara umum kedatangan bangsa barat di Indonesia dilatar belakangi oleh adanya
kebutuhan mendesak mencari rempah-rempah, yang kemudian diikuti oleh mencari
kejayaan dan menyebarkan agama (Glory, Gold, Gospel). Bangsa-bangsa barat yang
pernah menjajah Indonesia antara lain : Spanyol, Portugis, Inggris, Perancis
(tidak langsung), Belanda. Spanyol masuk dari Filipina ke Maluku (Tidore) tahun
1521, Portugis masuk Indonesia dari Malaka ke Maluku (Ternate) 1512.
Belanda masuk ke Indonesia pada tahun 1596 dengan mendarat di Banten dipimpin
oleh Cornelis de Houtman. Di Indonesia mereka mendirikan VOC (1602).
Beberapa gubernur jenderal Belanda yang memerintah :
1. Jan Pieterzoon Coen (1618), mendirikan benteng di Jayakarta
2. Daendels (1808-1811)
Gubernur jenderal
Belanda di Indonesia dalam pengaruh Perancis,terkenal karena membuat jalan dari
Anyer-Panarukan
Masa penjajahan Inggris, gubernur jenderalnya dijabat oleh Raffles (1811-1814).
Kebijakan yang dilakukannya adalah :
1. membagi Jawa atas 16 karesidenan untuk mempermudah pengawasan
2. mengangkat para bupati menjadi pegawai negeri
3. melarang kerja rodi
4. memperkenalkan sistem sewa tanah (landrente)
5. membentuk susunan pengadilan model Inggris
Berdasarkan perjanjian
Convention of London (1814) maka Inggris menyerahkan Indonesia kepada Belanda.
Diangkatlan Van Den Bosch menjadi penguasa di Indonesia dengan tugas mencari
uang sebanyak-banyaknya untuk mengisi kas Belanda yang kosong. Ia kemudian
menciptakan politik yang paling menyengsarakan rakyat yaitu “Tanam Paksa
(Cultuurstelsel)”. Penjajahan menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan rakyat
Indonesia, hal inilah yang kemudian menimbulkan usaha perlawanan rakyat
menentang kekuasaan penjajah.
Perlawanan Rakyat
Menentang Penjajahan Asing
Sebab-sebab terjadinya perlawanan :
1. penerapan berbagai politik pemerasan yang menyengsarakan rakyat, misal:
- politik devide et impera
- politik monopoli
- politik pax neerlandica
2. campur tangan penjajah terhadap urusan keraton
3. kekecewaan rakyat akibat kurang dihargainya budaya penduduk pribumi
4. dll
Bentuk-bentuk perlawanan
:
a. Perang Maluku (1817)
Sebab umum : ketidakpuasan rakyat akibat penerapan politik pemerasan
yang diterapkan misalnya; monopoli cengkeh, pelayaran hongi
Cara perlawanan : dengan menyerbu benteng Belanda Duurstede di Saparua
Tokoh : Pattimura, Christina Martha Tiahahu, Anthoni Reebok, dll
b. Perang Paderi
(1821-1838)
Sebab :
- pertentangan aliran Wahabi (ingin pemurnian islam) dgn Tasawuf (islam
tradisional)
- adanya kebiasaan buruk yang ingin diberantas misal; mabuk, judi dll
- pertentangan antara hukum adat (matrilinial) dgn hukum islam (patrilinial)
- perebutan pengaruh antara kaum adat dengan kaum ulama
- adanya campur tangan Belanda sehingga situasi memanas
Cara perlawanan : melalui perang
Tokoh : Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Gapuk, Tuanku Nan Cerdik, dll
c. Perang Diponegoro
(1825-1830)
Sebab umum :
- kekuasaan raja Mataram yang semakin kecil dan terbatas, dibaginya
wilayah kerajaan menjadi 4 daerah lewat perjanjian Giyanti
- dikuranginya hak-hak kaum bangsawan keraton
- beban rakyat semakin berat akibat pemerasan oleh penjajah
Sebab khusus :
- pembuatan jalan kereta api melewati makam leluhur P. Diponegora
tanpa izin
Cara perlawanan : melalui pemberontakan di seluruh tanah Jawa
Tokoh : P. Diponegoro, Sentot Alibasyah, P. Mangkubumi, Kyai Mojo, dll
d. Perang Aceh
(1873-1904)
Sebab perang :
- perbedaan penafsiran atas kedudukan daerah Sumatera Timur, baik
Belanda maupun kerajaan Aceh menganggap itu wilayahnya
- dibukanya terusan Suez menjadikan Aceh menjadi penting dalam pelayaran
internasional
- adanya pelaksanaan politik Pax Neerlandica oleh Belanda
- penolakan rakyat Aceh terhadap tuntutan Belanda agar Aceh tidak berhubungan
dengan negara asing dan mengakui Belanda sebagai yang dipertuan
Cara perlawanan : melalui pemberontakan bersenjata
Tokoh : Teuku Umar, Teungku Cik Di Tiro, Cut Nyak Din, dll
e. Perang Bali
(1846-1909)
Sebab perang :
- tuntutan Belanda untuk menghapuskan hukum “Tawan Karang” yang ditolak
raja-raja Bali
- raja-raja Bali dipaksa mengakui kedaulatan Belanda
Cara perlawanan : melalui perang puputan
Tokoh : I Gustu Ketut Jelantik, I Gusti Ngurah Made Kerangasem, dll
f. Perang Banjarmasin
(1859-1863)
Sebab perang :
- terjadinya perselisihan mengenai tahta kerajaan antara P. Tamjidillah dan P.
Hidayat, di mana Belanda kemudian campur tangan
- keinginan Belanda untuk menerapkan politik pax neerlandica disana
Cara perlawanan : melalui perlawanan rakyat
Tokoh : P. Hidayat, P. Antasari, dll
g. Perang Tapanuli
(1878-1907)
Sebab perang :
- penentangan raja Tapanuli yang masih menganut animisme atas
penyebaran agama Kristen oleh Belanda
- adanya keinginan Belanda untuk menerapkan politik pax neerlandica
Cara perlawanan : melalui perlawanan rakyat
Tokoh : Sisingamangaraja XII
Berbagai pemberontakan di atas semuanya dapat dipadamkan oleh Belanda karena
kurangnya persatuan dan hanya mempertahankan daerahnya sendiri. Awal abad 20
Belanda telah dapat menguasai seluruh wilayah Indonesia sehingga penerapan
politik Pax Neerlandica dapat dikatakan berhasil. Dalam perkembangannya awal
abad 20 ini pula perlawanan yang dilakukan bangsa Indonesia mengalami perubahan
yaitu melalui berbagai organisasi modern. Ini terjadi akibat positif dari
politik ethis.
=>
Masuknya kapitalisme
melalui Kolonialisme dan Imperialisme
Di negara-negara yang
menganut paham merkantilisme terjadi perubahan besar terutama setelah
Perkembangan teknologi perkapalan di Eropa Selatan semakin memberi basis bagi
embrio kolonialisme/imperialisme dan kapitalisme, dimana mereka mencoba untuk
mencari daerah baru yang kemudian diklaim sebagai daerah jajahannya dengan
semboyan Gold, Gospel, dan Glory, mereka membenarkan tujuannya dengan alasan
penyebaran agama dan dalam bentuk kapitalisme dagang (merkantilisme) dan sejak
itu feodalisme di masyarakat pra-Indonesia mempunyai lawan yang sekali tempo
bisa diajak bersama memusuhi dan melumpuhkan rakyat. Daerah operasinya terbatas
di daerah pesisir dan kota besar, seperti Malaka dan Banten. Bentuk komoditinya
bertumpu pada komoditi pertanian dan perkebunan, seperti tanaman keras atau
rempah-rempah. Komoditi ini adalah kebutuhan pokok utama untuk industri farmasi
di Eropa.
Kolonialisme dan
imperialisame merebak di mana-mana, termasuk di tanah Nusantara, Tahun 1469
adalah tahun kedatangan ekspedisi mencari daerah baru yang dipimpin raja muda
portugis Vasco da Gama. Tujuannya mencari rempah-rempah yang akan dijual
kembali di Eropa. Kemudian menyusul penjelajah Spanyol masuk ke Nusantara di
tahun 1512. Penjelajah Belanda baru datang ke Nusantara tahun 1596, dengan
mendaratnya Cornelis de Houtman di Banten.
Kolonialisme yang masuk
pertama di Indonesia merupakan sisa-sisa kapitalisme perdagangan (merkantilisme). Para
kapitalis-merkantilis Belanda masuk pertama kali ke Indonesia melalui pedagang-pedagang
rempah-rempah bersenjata, yang kemudian diorganisasikan dalam bentuk
persekutuan dagang VOC tahun 1602, demikian juga dengan Portugis, dan Spanyol.
Para pedagang bersenjata ini, melakukan perdagangan dengan para feodal, yang
seringkali sambil melakukan ancaman, kekerasan dan perang (ingat sejarah
pelayaran Hongi).
Kekuasaan kolonial
Belanda ini terinterupsi 4 tahun dengan berkuasanya kolonialisme Inggris sampai
tahun 1813. Kolonialisme Inggris masa Raffles, adalah tonggak penting hilangnya
konsep pemilikan tanah oleh kerajaan. Sebab dalam konsep Inggris, tanah bukan
milik Tuhan yang diwakilkan pada raja, tapi milik negara. Karenanya pemilik dan
penggarap tanah harus membayar landrente (pajak tanah) –pajak ini mengharuskan
sistem monetar dalam masyarakat yang masih terkebelakang sistem moneternya,
sehingga memberi kesempatan tumbuhnya rentenir dan ijon.
Di sisi yang lain,
kalangan kolonialis-kapitalis juga memanfaatkan kalangan feodal untuk menjaga
kekuasaannya. Hubungan antara para kolonialis-kapitalis dengan para feodal
adalah hubungan yang saling memanfaatkan dan saling menguntungkan, sedangkan
rakyatlah yang menjadi objek penindasan dan penghisapan dari kedua belah pihak
Kapitalisme yang lahir di Indonesia bukan ditandai dengan dihancurkannya tatanan
ekonomi-politik feodalisme, melainkan justru ada usaha revitalisasi dan
produksi ulang tatanan ekonomi-sosial-politik-ideologi-budaya feodal untuk
memperkuat kekuasaan kolonialisme. Karena adanya revolusi industri terjadi
kelebihan produksi yang membutuhkan perluasan pasar; membutuhkan sumber bahan
mentah dari negeri asalnya; membutuhkan tenaga kerja yang murah — mulai
melakukan kolonialisasi ke negara-negara yang belum maju. terlebih seusai
berhasil menjatuhkan monarki absolut. Tapi pertumbuhan ini dimulai dalam bentuk
paling primitif dan sederhana. Hal ini sangat berbeda dengan lahirnya
kapitalisme di negara-negara Eropa dan Amerika. Di kedua benua tersebut,
kapitalisme lahir sebagai wujud dari dihancurkannya tatanan
ekonomi-sosial-politik-ideologi-budaya feodal. Contoh kasus yang paling jelas
adalah adanya revolusi industri di Inggris yang mendahului terjadinya revolusi
borjuasi di Perancis
=>
Mulainya Zaman
Imperialisme (Kapital-Finans) di Indonesia, 1895
Dalam krisis hebat tahun 1895 sebagian besar dari kapitalis-kapitalis
partikelir di negeri Belanda mengalami kehancuran, sehingga mengakibatkan
kapital-finans berkuasa penuh. Jadi, zaman kapital-industri yang berdasarkan
persaingan bebas tidak lama di Indonesia, hanya kira-kira 25 tahun (1870-1895).
Kapital-industri yang berdasarkan persaingan bebas segera disusuli oleh zaman
imperialisme yang dimulai tahun 1895, yaitu zaman di mana kapital-finans, yakni
perpaduan antara kapital-bank dengan kapital-industri, memegang monopoli atas
kehidupan ekonomi dan politik Indonesia.
Untuk menyelamatkan dan
menjamin hari depan kapital yang diekspor dari Eropa, maka kaum imperialis
Belanda melakukan dua tindakan penting: menundukkan seluruh daerah Indonesia,
secara politik dan militer, dan mengadakan penyelidikan-penyelidikan mengenai
kemungkinan perkembangan kapital yang tak terbatas. Tindakan kaum imperialis
Belanda ini sesuai dengan perpindahan kapitalisme pra-monopoli ke tingkat
kapitalisme monopoli, yaitu zaman kekuasaan kapital-finans. Perpindahan ini tak
terpisahkan dengan makin intensifnya perjuangan kaum imperialis untuk
membagi-bagi dunia. Kapital-finans berusaha pada umumnya untuk merebut tanah
sebanyak-banyaknya dari macam apa saja, di mana saja dan dengan semua jalan,
karena memperhitungkan sumber-sumber potensiil akan bahan-bahan mentah dan
takut ketinggalan dalam perjuangan sengit untuk mendapat jengkal-jengkal
terakhir dari wilayah yang belum dibagikan atau untuk membagi kembali
tanah-tanah yang sudah dibagi.
Untuk menundukkan
seluruh Indonesia di bawah kekuasaan Belanda maka dilakukanlah peperangan
kolonial besar-besaran pada akhir abad ke-19 dan pada awal abad ke-20 sehingga
dapatlah Belanda meluaskan kekuasaannya ke Bali, Lombok, Sumbawa, Dompu,
Flores, Bone, Banjarmasin, Jambi, Riau, Tapanuli, Aceh, dan lain-lain. Untuk
menjamin keuntungan yang luar biasa, pemerintah Belanda mengadakan pemeriksaan
di lapangan ilmu tanah, ilmu bumi, ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu hewan, dan
sebagainya. Juga adat-istiadat, bahasa, agama, kesenian dan sejarah suku bangsa-suku
bangsa dipelajari oleh orang-orang Belanda.
Jadi, imperialisme telah
menghancurkan monopoli negara yang berbentuk “cultuurstelsel”, tetapi bersamaan
dengan itu telah mendatangkan monopoli yang baru, yaitu monopoli
kapital-finans. Karena kaum imperialis Belanda lemah kedudukannya dalam militer
dan tidak mampu sendirian membela Indonesia dengan senjata, maka sejak tahun
1905 kaum imperialis Belanda terpaksa menjalankan politik pintu-terbuka
(opendeur politiek), artinya Indonesia dibuka menjadi lapangan eksploitasi kaum
kapitalis dari segala negara kapitalis, terutama negara-negara Inggris dan
Amerika. Dengan menjalankan politik pintu-terbuka kaum imperialis Belanda
memperhitungkan dua keuntungan: 1) berupa kenaikan hasil pajak yang didapat
dari perusahaan-perusahaan imperialis; 2) berupa pertahanan bersama antara
negara-negara imperialis untuk melindungi kepentingan-kepentingannya di
Indonesia, dan bersamaan dengan itu kaum imperialis Belanda juga dapat
menjalankan politik keseimbangan antara negara-negara imperialis agar Indonesia
tidak dicaplok oleh negara imperialis yang lain. Imperialisme telah mengganti
perbudakan model “cultuurstelsel” dengan perbudakan model “baru” yang antara
lain berbentuk “poenale sanctie”, yaitu peraturan yang berisi ketentuan hukuman
bagi mereka yang menyalahi kontrak sebagai alat penjamin tenaga kerja murah
bagi onderneming-onderneming (perkebunan) asing.
Karena dalam zaman
sebelum-imperialisme, Indonesia sudah dikuras dan dirusak habis-habisan, maka
imperialisme harus memulai dengan menciptakan dasar-dasar elementer untuk suatu
sistem penghisapan modern, penghisapan yang lebih intensif dan sistematis
terhadap Rakyat dan kekayaan Indonesia. Sudah sejak permulaan zaman
imperialisme pemerintah Hindia Belanda menjalankan apa yang dinamakan “politik
etis” (“politik susila”), yaitu politik yang antara lain mengurangi rodi,
mereorganisasi dinas-dinas kesehatan, sedikit meluaskan irigasi, dan mendirikan
sekolah-sekolah rendah, sekolah-sekolah guru normal, sekolah-sekolah teknik,
sekolah-sekolah menengah umum, dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan
imperialisme akan kaum buruh dan pegawai bumiputera yang murah tetapi
berpendidikan.
Dalam zaman imperialis
Indonesia merupakan sumber bahan mentah buat negeri-negeri imperialis, sumber
tenaga kerja yang sangat murah, pasar untuk menjual hasil produksi
negeri-negeri imperialis dan tempat penanaman kapital asing (Belanda, Inggris,
Amerika, Jepang, Perancis, Italia, dan lain-lain).
Politik kolonial kaum
imperialis samasekali bukan untuk memajukan industri Indonesia, tetapi untuk
memajukan industri negeri imperialis sendiri. Kaum imperialis menentang
sekeras-kerasnya perkembangan industri yang luas di Indonesia, dan inilah
sebabnya kerajinan tangan dari Rakyat tidak berkembang menjadi industri modern
seperti yang terjadi di Eropa.
Perusahaan-perusahaan
bangsa Indonesia sangat terbatas perkembangannya, misalnya hanya meliputi
perusahaan menganyam topi, tikar, keranjang, batik, dan rokok kretek. Yang agak
maju ialah perusahaan-perusahaan batik, di antaranya ada yang mempunyai puluhan
sampai ratusan kaum buruh. Perusahaan-perusahaan ini sangat tergantung pada
importir-importir asing yang mendatangkan keperluan-keperluan perusahaan batik.
Perusahaan-perusahaan rokok kretek juga sangat tergantung pada importir-importir
asing dan mendapat saingan berat dari industri-industri rokok Eropa yang
modern. Perusahaan-perusahaan batik atau rokok kretek yang agak besar umumnya
dimiliki oleh orang-orang Arab, Tionghoa dan Eropa.
Industri nasional di
zaman imperialis sangat dihalangi oleh politik imperialis untuk berkenalan
dengan mesin-mesin modern. Hal inilah yang terutama mengakibatkan Indonesia
berada dalam kedudukan yang sangat sukar dalam memenuhi kebutuhannya akan
barang-barang hasil industri selama Perang Dunia ke-2 dan selama Revolusi
1945-1948.
Indonesia mempunyai
syarat yang cukup untuk menjadi negeri industri yang modern dan kuat, karena
Indonesia adalah negeri yang kaya dengan kekayaan alam seperti batubara, besi,
minyak tanah, timah, bauxit, mangaan, tembaga, chrom, air-rasa, yodium, aspal,
emas, perak, seng, uranium dan lain-lain. Tetapi kaum imperialis tidak
menjadikan Indonesia negeri industri. Kaum imperialis mendirikan
perusahaan-perusahaan pengangkutan seperti kereta api, mobil dan kapal serta
mendirikan pelabuhan-pelabuhan untuk mengangkut barang dagangan-barang dagangan
yang berupa hasil bumi-hasil bumi tropis, atau untuk memudahkan gerak-gerik
militer guna mengontrol dan guna keamanan penjajahan mereka. Mereka mendirikan
industri-industri pembantu untuk keperluan-keperluan reparasi dan untuk
mengerjakan bahan-bahan mentah buat ekspor. Industri yang termasuk agak maju
yang didirikan oleh kaum imperialis ialah industri pertambangan (minyak, timah,
bauxit, batubara, dsb), pabrik gula, pabrik teh, pabrik kopi, pabrik minyak
kelapa, penggilingan beras, pabrik tembakau, dsb.
=>
Revolusi Nasional 17
Agustus 1945
Paska diberhentikannya pelaksanaan Sistem Tanam Paksa atau STP secara resmi
pada tahun 1870, kekuasaan kolonial di Indonesia membuka kran bagi masuknya
modal swasta asing Belanda. UU Agraria diterbitkan untuk memfasilitasi pihak
swasta melakukan penguasaan tanah dalam jumlah besar melalui hak erfpacht
(HGU-sekarang). Penguasaan tanah dalam jumlah besar tersebut digunakan untuk
kepentingan pembukaan perkebunan yang lagi-lagi diperuntukkan bagi penanaman
komoditi ekspor seperti teh, tebu, kopi, kina dan lain-lain. Selain juga untuk
pendirian pabrik pengolahan hasil perkebunan seperti pabrik gula. Masuknya
swasta asing dan juga pelaksanaan politik etis pada awal tahun 1900-an tidaklah
bermaksud untuk melakukan proses industrialisasi di Indonesia. Hal ini untuk
menjaga dan melindungi industri di negeri Belanda, tidak ada upaya untuk
melakukan industrialisasi di Indonesia.
Faktanya
perkebunan-perkebunan yang ada masih didasarkan pada basis feodalisme berupa
monopoli penguasaan tanah dan dipergunakannya aparatus feodal untuk
memobilisasi tanah dan tenaga kerja. Di sinilah kemudian terungkap kebenaran
kenyataan bahwa basis bercokolnya penindasan imperialisme adalah feodalisme.
Tidak ada perubahan mendasar dibandingkan dengan masa VOC maupun tanam paksa.
Demikian juga pada masa politik etis, pembangunan irigasi lebih dimaksudkan
untuk kepentingan perkebunan, pendidikan kaum pribumi untuk pengisian birokrasi
kolonial sehingga lebih efisien dan transmigrasi pada hakekatnya merupakan
mobilisasi tenaga kerja murah untuk perkebunan di luar pulau Jawa.
Pendirian pabrik
pengolahan hasil perkebunan dan berdirinya jawatan kereta api pada akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20 menjadi awal mula kelahiran kelas buruh di Indonesia.
Dan semenjak itu, gelora perlawanan Rakyat Indonesia menentang kolonialisme
Belanda tidak pernah berhenti dan semakin meningkat. Mulai dari
pemogokan-pemogokan buruh sampai dengan pemberontakan kaum tani pada tahun 1888
di Banten dan pemberontakan nasional kaum tani pada tahun 1926. Demikian juga
pada abad ke-20 sejarah pergerakan di Indonesia memulai babak baru dengan
lahirnya organisasi rakyat yang memiliki karakter modern dan nasional seperti
Sarekat Islam (SI) maupun juga ISDV yang kemudian pada tahun 1920 berubah
menjadi Perserikatan Komunis di Indonesia dan di kemudian hari menjadi Partai
Komunis Indonesia (PKI). Lahirnya organisasi kelas buruh menjadi sejarah yang
penting dalam gerakan revolusioner Rakyat Indonesia melawan imperialisme
Belanda maupun imperialisme fasis Jepang sampai pada puncaknya yaitu Revolusi
Nasional 17 Agustus 1945. Penting, karena peranannya yang memimpin perjuangan
massa rakyat di masa-masa itu.
Revolusi Nasional 17
Agustus 1945 merupakan puncak perlawanan massa rakyat sampai berhasil
menumbangkan kekuasaan imperialisme fasis Jepang. Karena itu pada dasarnya
Revolusi 17 Agustus 1945 memiliki watak yang anti-imperialisme dan sekaligus
juga anti-feodalisme yang selama ini menjadi basis imperialisme. Namun
kenyataannya, paska Agustus 1945 Rakyat Indonesia masih harus berjuang melawan
agresi imperialisme Belanda yang didukung Inggris dan Amerika. Sampai akhirnya
pada tahun 1949, Indonesia harus menandatangani perjanjian KMB (Konferensi Meja
Bundar) yang sangat merugikan kepentingan Rakyat Indonesia karena secara
ekonomi menjamin kepentingan imperialisme di Indonesia dan secara politik
menempatkan Indonesia sebagai anggota negara persemakmuran di bawah kekuasaan
politik Belanda. Revolusi 17 Agustus 1945 telah gagal menunaikan tugas
sejarahnya untuk menghancurkan imperialisme dan sisa-sisa feodalisme serta
kapitalisme birokrasi karena beberapa sebab, yaitu:
1. Tidak menarik garis
yang tegas untuk melawan kekuatan imperialisme, bahkan pada tahun 1949 telah
membuat konsesi dengan imperialisme melalui KMB yang menjadikan Indonesia
sebagai negeri setengah jajahan.
2. Tidak segera
menjalankan land reform sejati untuk menghancurkan kekuatan sisa-sisa
feodalisme yang mengambil wujud monopoli penguasaan tanah dan relasi produksi
feodal (sewa tanah, bagi hasil) untuk membebaskan kaum tani dari penindasan.
3. Masih menggunakan
aparatus birokrasi lama yang memiliki karakter pencari rente dengan
menyalahgunakan jabatannya demi melayani kekuatan imperialisme dan sisa-sisa
feodalisme. Dan tidak menggantikannya dengan yang sama sekali baru yang
sungguh-sungguh melayani dan mengabdi kepada rakyat.
Dengan kegagalan
Revolusi 17 Agustus 1945, maka sudah menjadi kewajiban bagi kita bersama untuk
menuntaskan tugas berat dan mulia menghancurkan imperialisme dan sisa-sisa
feodalisme. Menuntaskan Revolusi 17 Agustus 1945 dapat diartikan sebagai tugas
untuk melakukan dua agenda pokok pada saat yang bersamaan yaitu menghancurkan
dominasi imperialisme AS dan menjalankan land reform yang sejati.
4. Perubahan-Perubahan
dalam Masyarakat Akibat Kolonialisme
Dengan berkuasanya
imperialisme di Indonesia seperti diterangkan di atas, maka masyarakat kolonial
Indonesia mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Dasar dari ekonomi
alamiah untuk diri sendiri (feodalisme) sudah rusak, artinya produksi sudah
ditujukan untuk pasar, tetapi eksploitasi atas kaum tani oleh kelas tuan tanah
– basis sosial dari eksploitasi feodal – masih tetap berlaku. Eksploitasi ini
malahan sudah berjalin dengan eksploitasi kapital asing, kapital komprador dan
lintah darat yang berkedudukan menentukan dalam kehidupan sosial-ekonomi
Indonesia. Indonesia yang feodal sudah menjadi Indonesia yang semi-feodal.
Sistem semi-feodal
(setengah feodal) muncul akibat dominasi dari imperialisme dalam masyarakat
feodal lama. Perkembangan imperialisme di Indonesia tidak menghancurkan
masyarakat feodal lama menjadi sistem kapitalisme. Karena imperialisme hanya
membutuhkan bahan mentah yang melimpah, tenaga produksi yang murah dan luasnya
pasar bagi produk mereka. Dalam sejarahnya, imperialisme justru menjadikan
kekuatan ekonomi feodal lokal untuk menopang kepentingan mereka. Imperialisme
menyadari sepenuhnya bahwa sistem ekonomi lama perlu dipertahankan dalam
batas-batas menjamin kepentingan mereka. Ekonomi mencukupi kebutuhan sendiri
diganti dengan ekonomi yang berbasis pada uang. Efeknya produk kerajinan lokal
tidak bisa berkembang dan hancur karena harus bersaing dengan produk imperialis
yang berteknologi tinggi, mudah dan murah yang diimpor dengan ekonomi berbasis
uang untuk ditukar dengan produksi bahan mentah dan produk pertanian.
Dalam sistem ekonomi
setengah feodal, memang telah diperkenalkan secara luas kerja upahan seperti
misalnya buruh tani dan buruh perkebunan besar melalui perluasan perkebunan
besar sejak tahun 1870. Namun sistem kerja upahan yang marak di pedesaan tidak
secara utuh mencerminkan hubungan kerja yang kapitalistik, tetapi lebih dekat
dengan sistem ekonomi feodal. Hal ini disebabkan oleh penentuan upah yang tidak
didasarkan pada pasar tenaga kerja (labour market), tetapi lebih banyak
ditentukan oleh otoritas tuan tanah maupun tani kaya. Bahkan sering kita jumpai
di mana para buruh tani bekerja dengan jam kerja yang tidak pasti, upah yang
tidak menentu dan beban kerja tambahan yang seringkali tidak mendapatkan
pembayaran (alias gratis). Tuan tanah dan tani kaya dapat melakukan hal ini
karena kedudukan politik mereka yang sangat kuat sementara buruh tani dan tani
miskin dalam keadaan yang sangat lemah secara politik. Dan hubungan kerja
berlangsung secara perseorangan antara tuan tanah dan tani kaya dengan para
buruh upahannya.
Sistem setengah feodal
dengan mengandalkan monopoli tanah adalah karang raksasa penahan laju lahirnya
industri dan industrialisasi Indonesia. Perkembangan tenaga produktif mengalami
stagnasi. Pengetahuan dan kapasitas kelas pekerja dibelenggu oleh alat kerja
terbelakang yang tidak membutuhkan pekerja terampil dan berpengetahuan. Lebih
dari itu, produksi pertanian dan industri yang semacam itu hanya dapat
menampung sedikit sekali tenaga kerja, sehingga mempertahankan persaingan tajam
antar pekerja untuk memperebutkan lapangan kerja yang amat terbatas. Keadaan
ini, secara sistematis, terus menekan upah buruh tani dan kelas buruh di perkotaan
dan memaksa mereka menjual tenaga dengan harga yang amat murah.
Monopoli tanah telah
menyebabkan semakin terkonsentrasinya tanah di tangan segelintir tuan tanah
besar yang terus melancarkan perampasan tanah teristimewa dalam situasi krisis
imperialis yang memuncak. Akibatnya, kaum tani yang kehilangan tanah dan hidup
dari tanah yang amat terbatas semakin meluas di pedesaan. Keadaan ini telah
dimanfaatkan dengan kejam oleh para tuan tanah untuk melipatgandakan
keuntungannya dengan mempraktekkan sewa tanah yang mencekik, peribaan berbunga
tinggi, upah buruh tani yang amat rendah dan tengkulakisme semakin merajalela.
Kaum tani, utamanya buruh tani, tani miskin dan tani sedang-bawah, harus
berusaha menjual tenaganya dengan harga amat murah untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.
=>
Kolonialisme dan
Imperialisme
A.
Persamaan dan Perbedaan Kolonialisme dan Imperialisme
Persamaan dari kolonialisme dan
imperialisme adalah
keduanya merupakan
penjajahan atau penguasaan terhadap suatu daerah atau suatu bangsa oleh bangsa
lainnya.
Perbedaan dari kolonialisme
dan imperialisme dilihat dari :
a. Asal Kata
Kolonialisme berasal
dari kata · colonia dalam
bahasa latin yang artinya tanah permukiman/ jajahan.
Imperialisme berasal
dari kata · imperator yang
artinya memerintah. Atau dari kata imperium yang artinya
kerajaan besar dengan memiliki daerah jajahan yang amat luar.
b. Pengertian
Kolonialisme adalah
suatu sistem dimana suatu negara menguasai rakyat dan sumber daya negara lain
tetapi masih tetap berhubungan dengan negeri asal. §
Imperialisme adalah
suatu sistem penjajahan langsung dari suatu negara terhadap negara lainnya. §
c. Tujuan Penguasaan
Wilayah
oKolonialisme tujuannya
untuk menguras sumber-sumber kekayaan daerah koloni demi perkembangan industri
dan memenuhi kekayaan negara yang melaksanakan politik kolonial tersebut.
oImperialisme, melakukan
penjajahan dengan cara membentuk pemerintahan jajahan dan dengan menanamkan
pengaruh pada semua bidang kehidupan di daerah jajahan.
B.
Imperialisme
Berdasarkan waktu
munculnya imperialisme dibagi menjadi 2 yaitu: imperialisme kuno, dan
imperialisme modern. Adapun perbedaan dari Imperialisme kuno dan imperialisme
modern adalah sebagai berikut:
a.
Terjadinya
Imperialisme Kuno
terjadi sebelum revolusi industri ·
Imperialisme Modern
terjadi setelah revolusi industri ·
b.
Segi Kepentingan
Imperialisme Kuno,
adanya dorongan untuk kepentingan mencari tanah jajahan karena keinginan
mencapai kejayaan ( ·glory),memiliki kekayaan (gold),
menyebarkan agama (gospel).
Imperialisme Modern,
adanya dorongan kepentingan ekonomi, keinginan negara penjajah mengembangkan
perekonomiannya dan untuk memenuhi kebutuhan industri dimana negara jajahan
sebagai sumber penghasil bahan mentah dan tempat pemasaran hasil industri. ·
c.
Contoh negara yang menganut
Imperialisme Kuno :
Portugis, Spanyol, Romawi ·
Imperialisme Modern :
Inggris, Perancis, belanda, Jerman, dan Italia. ·
Akibat adanya imperialisme :
1.Berkembang penanaman
modal di daerah jajahan oleh kaum partikelir/swasta
2.Perdagangan dunia
semakin meluas
3.Negara jajahan semakin
miskin
4.Rakyat jajahan serta
kekurangan karena rakyat dibebankan berbagai macam kewajiban tanpa memiliki hak
5.Kebudayaan penduduk
asli digeser dan dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa Eropa.
Kolonialisme Barat di
Indonesia tidak dapat dilepaskan dengan peristiwa-peristiwa di Eropa pada abad
ke-8 sampai dengan abad ke-13. Dan perubahan-perubahan di Eropa membawa
pengaruh terhadap dunia timur. Perubahan tersebut diantaranya adalah adanya
reformasi Gereja (abad 16-17), Gerakan Merkantilisme, Revolusi Perancis(1789),
Revolusi Industri(1780).
=>
PENGERTIAN NASIONALISME
Nasionalisme berasal dari kata
”Nation” dalam bahasa Inggris yang berarti bangsa. Nation dalam
bahasa latin yang berartikelahiran kembali, suku, bangsa. Bangsa adalah sekelompok
orang/ iman yang mendiami wilayah tertentu dan memiliki hasrat dan kemauan
bersama untuk bersatu karena adanya persamaan nasib, cita-cita, kepentingan,
dan tujuan yang sama.
Sehingga Nasionalisme dapat
diartikan:
1. Paham yang
menempatkan kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara dan
bangsa (pengertian menurut Hans Kohn)
Semangat/ perasaan
kebangsaan, yaitu semangat/ perasaan cinta terhadap bangsa dan tanah air. 2.
Suatu sikap politik dan
sosial dari kelompok-kelompok suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan,
bangsa dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan sehingga merasakan
adanya kesetiaan mendalam terhadap kelompok bangsa itu. 3.
2.
KELAHIRAN NASIONALISME DI DUNIA
Terbentuknya
nasionalisme melalui beberapa fase, yaitu :
a. Nasionalisme
awalnya muncul pada masa kerajaan Yunani, yaitu cita-cita sebagai
bangsa terpilih, kenangan masa lampau, dan harapan masa depan, serta peran
terdepan bangsa mereka. Sebagai bangsa pembangun peradaban.
b. Munculnya
benih kesadaran nasional stelah adanya peristiwa Renaissance dan Reformasi pada
abad ke-14.
c. Pada
abad ke-17 muncul nasionalisme di Inggris yang diikuti dengan munculnya
nasionalisme di Amerika dan Perancis pada abad ke-18.
d. Pada
pertengahan abad ke-19 nasionalisme semakin berkembang di Eropa dari
nasionalisme yang awalnya bersifat kemanusiaan berubah menjadi agresif dan
memusuhi bangsa lain. Sejak itu muncullah negara-negara yang berusaha melakukan
imperialisme dan kolonialisme. Nasionalisme Eropa terjadi pada masa transisi
dari masyarakat feodal ke masyarakat industri yang menghasilkan paham
kapitalisme dan liberalisme.
e. Nasionalisme
yang muncul di Eropa berbeda dengan nasionalisme yang muncul di Asia sebab
Nasionalisme di Asia muncul sebagai reaksi terhadap kolonialisme dan
imperialisme bangsa Eropa. Mereka menumbuhkan nasionalisme untuk melawan
penjajahan.
f. Sementara
itu nasionalisme di Indonesia terasa pengaruhnya saat perang untuk memeproleh dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
3.
KEMUNCULAN NASIONALISME DI INDONESIA
Sejak abad 19 dan abad
20 muncul benih-benih nasionalisme pada bangsa Asia Afrika khususnya
Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya nasionalisme :
1) Faktor dari
dalam (internal)
a.
Kenangan kejayaan masa lampau
Bangsa-bangsa Asia dan
Afrika sudah pernah mengalami masa kejayaan sebelum masuk dan berkembangnya
imperialisme dan kolonialisme barat. Bangsa India, Indonesia, Mesir, dan Persia
pernah mengalami masa kejayaan sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Kejayaan
masa lampau mendorong semangat untuk melepaskan diri dari penjajahan. Bagi
Indonesia kenangan kejayaan masa lampau tampak dengan adanya kenangan akan
kejayaan pada masa kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. Dimana pada masa
Majapahit, mereka mampu menguasai daerah seluruh nusantara, sedangkan masa
Sriwijaya mampu berkuasa di lautan karena maritimnya yang kuat.
b. Perasaan
senasib dan sepenanggungan akibat penderitaan dan kesengsaraan masa penjajahan
Penjajahan yang
dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa terhadap bangsa Asia, Afrika mengakibatkan
mereka hidup miskin dan menderita sehingga mereka ingin menentang imperialisme
barat.
c. Munculnya
golongan cendekiawan
Perkembangan pendidikan
menyebabkan munculnya golongan cendekiawan baik hasil dari pendidikan barat
maupun pendidikan Indonesia sendiri. Mereka menjadi penggerak dan pemimpin
munculnya organisasi pergerakan nasional Indonesia yang selanjutnya berjuang
untuk melawan penjajahan.
d. Paham nasionalis
yang berkembang dalam bidang politik, sosial ekonomi, dan kebudayaan
i.
Dalam bidang politik, tampak dengan upaya gerakan nasionalis menyuarakan
aspirasi masyarakat pribumi yang telah hidup dalam penindasan dan penyelewengan
hak asasi manusia. Mereka ingin menghancurkan kekuasaan asing/kolonial dari
Indonesia.
ii.
Dalam bidang ekonomi, tampak dengan adanya usaha penghapusan eksploitasi
ekonomi asing. Tujuannya untuk membentuk masyarakat yang bebas dari
kesengsaraan dan kemelaratan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa
Indonesia.
iii.
Dalam bidang budaya, tampak dengan upaya untuk melindungi, memperbaiki dan
mengembalikan budaya bangsa Indonesia yang hampir punah karena masuknya budaya
asing di Indonesia. Para nasionalis berusaha untuk memperhatikan dan menjaga
serta menumbuhkan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
2)
Faktor dari luar (eksternal)
a.
Kemenangan Jepang atas Rusia (1905)
1904-1905 Jepang melawan
Rusia dan tentara Jepang berhasil mengalahkan Rusia. Hal ini dikarenakan,
modernisasi yang dilakukan jepang yang telah membawa kemajuan pesat dalam
berbagai bidang bahkan dalam bidang militer. Awalnya dengan kekuatan yang
dimiliki tersebut Jepang mampu melawan Korea tetapi kemudian dia melanjutkan ke
Manchuria dan beberapa daerah di Rusia.Keberhasilan Jepang melawan Rusia
inilah yang mendorong lahirnya semangat bangsa-bangsa Asia Afrika mulai bangkit
melawan bangsa asing di negerinya.
b.
Perkembangan Nasionalisme di Berbagai Negara
a) Pergerakan Kebangsaan
India
India untuk menghadapi
Inggris membentuk organisasi kebangsaan dengan nama ”All India National
Congres”. Tokohnya, Mahatma Gandhi, Pandit Jawaharlal Nehru, B.G. Tilak,dsb.
Mahatma Gandhi memiliki dasar perjuangan :
1. Ahimsa (dilarang
membunuh) yaitu gerakan anti peperangan
2. Hartal,
merupakan gerakan dalam bentuk asli tanpa berbuat apapun walaupun mereka tetapi
masuk kantor atau pabrik
3. Satyagraha merupakan
gerakan rakyat India untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah kolonial
Inggris.
4. Swadesi merupakan
gerakan rakyat India untuk memakai barang-barang buatan negeri sendiri
Selain itu adanya
pendidikan Santiniketan oleh Rabindranath Tagore
b)
Gerakan Kebangsaan Filipina
Digerakkan oleh Jose
Rizal dengan tujuan untuk mengusir penjajah bangsa Spanyol di Wilayah Filipina.
Jose ditangkap tanggal 30 September 1896 dijatuhi hukuman mati. Akhirnya
dilanjutkan Emilio Aquinaldo yang berhasil memproklamasikan kemerdekaan
Filipina tanggal 12 Juni 1898 tetapi Amerika Serikat berhasil menguasai
Filipina dari kemerdekaan baru diberikan Amerika Serikatpada 4
Juli 1946.
c)
Gerakan Nasionalis Rakyat Cina
Gerakan ini dipimpin
oleh Dr. Sun Yat Sen, yang mengadakan pembaharuan dalam segala sektor kehidupan
bangsa Cina. Dia menentang kekuasaan Dinasti Mandsyu. Dasar gerakan San
Min Chu I:
b.
Republik Cina adalah suatu negara nasional Cina
c.
Pemerintah Cina disusun atas dasar demokrasi (kedaulatan berada di tanggan
rakyat)
d.
Pemerintah Cina mengutamakan kesejahteraan sosial bagi rakyatnya.
Apa yang dilakukan oleh
Dr. Sun Yat Sen sangat besar pengaruhnya terhadap pergerakan rakyat Indonesia.
Terlebih lagi setelahterbentuknya Republik Nasionalis Cina (1911)
d)
Pergerakan Turki Muda (1908)
Dipimpin oleh Mustafa
Kemal Pasha menuntut pembaharuan dan modernisasi di segala sektor kehidupan
masyarakatnya. Ia ingin agar dapat mengembangkan negerinya menjadi negara
modern. Gerakan Turki Muda ini banyak mempengaruhi munculnya pergerakan
nasional di Indonesia.
e)
Pergerakan Nasionalisme Mesir
Dipimpin oleh Arabi
Pasha (1881-1882) dengan tujuan menentang kekuasaan bangsa Eropa terutama
Inggris atas negeri Mesir. Adanya pandangan modern dari Mesir yang dikemukakan
oleh Muhammad Abduh mempengaruhi berdirinya organisasi-organisasi keagamaan di
Indonesia seperti Muhammaddiyah.
Intinya dengan gerakan
kebangsaan dari berbagai negara tersebut mendorong negara-negara lain termasuk
Indonesia untuk melakukan hal yang sama yaitu melawan penjajahan dan
kolonialisme di Negaranya.
c. Munculnya Paham-paham
baru
Munculnya paham-paham
baru di luar negeri seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi
dan pan islamisme juga menjadi dasar berkembangnya paham-paham yang serupa di
Indonesia. Perkembangan paham-paham itu terlihat pada penggunaan ideologi-ideologi
(paham) pada organisasi pergerakan nasional yang ada di Indonesia.
=>
Tahapan perkembangan
nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut.
a)
Periode Awal Perkembangan
Dalam periode ini
gerakan nasionalisme diwarnai dengan perjuangan untuk memperbaiki situasi
sosial dan budaya. Organisasi yang muncul pada periode ini adalah Budi Utomo,
Sarekat Dagang Indonesia, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah.
b)
Periode Nasionalisme Politik
Periode ini, gerakan
nasionalisme di Indonesia mulai bergerak dalam bidang politik untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia. Organisasi yang muncul pada periode ini adalah Indische
Partij dan Gerakan Pemuda.
c)
Periode Radikal
Dalam periode ini,
gerakan nasionalisme di Indonesia ditujukan untuk mencapai kemerdekaan baik itu
secara kooperatif maupun non kooperatif (tidak mau bekerjasama dengan
penjajah). Organisasi yang bergerak secara non kooperatif, seperti Perhimpunan
Indonesia, PKI, PNI.
d)
Periode Bertahan
Periode ini, gerakan
nasionalisme di Indonesia lebih bersikap moderat dan penuh pertimbangan.
Diwarnai dengan sikap pemerintah Belanda yang sangat reaktif sehingga
organisasi-organisasi pergerakan lebih berorientasi bertahan agar tidak
dibubarkan pemerintah Belanda. Organisasi dan gerakan yang berkembang pada
periode ini adalah Parindra, GAPI, Gerindo.
Dari perkembangan
nasionalisme tersebut akhirnya mampu menggalang semangat persatuan dan
cita-cita kemerdekaan sebagai bangsa Indonesia yang bersatu dari berbagai suku
di indonesia